Wiki DhammaCitta

Buddhisme Indonesia

Alat Pengguna

Alat Situs


kritik_tekstual

Metode Kritik Tekstual terhadap Teks-Teks Buddhis Awal

Kritik tekstual (textual criticism) adalah metode ilmiah untuk merekonstruksi bentuk teks yang paling mendekati versi aslinya dari suatu naskah/manuskrip kuno. Kritik tekstual termasuk cabang ilmu filologi, yaitu ilmu yang mempelajari naskah kuno berkaitan dengan asal mula dan sejarahnya dengan pendekatan ilmiah dan kritis. Dalam studi Buddhisme awal (early Buddhism), analisis historis melalui metode kritik tekstual bertujuan untuk memastikan keaslian/keotentikan ajaran Buddha paling tua yang ditemukan dalam teks-teks Buddhis awal (early Buddhist texts), yang terdapat dalam Nikāya-Nikāya berbahasa Pali dan paralelnya dalam Āgama berbahasa Sanskrit, Cina, Tibet, dan bahasa India kuno lainnya.

Beberapa kriteria/prinsip yang digunakan dalam kritik tekstual terhadap teks Buddhis kuno, antara lain:

1. Simplicity (Kesederhanaan)

Prinsip utama dari metode kritik tekstual adalah bahwa ajaran-ajaran yang lebih sederhana cenderung muncul lebih awal. Teks yang lebih pendek, lebih mendasar, merupakan penyajian yang lebih fundamental. Teks-teks yang lebih panjang merupakan suatu perluasan. Namun demikian, tidak selalu bahwa yang lebih pendek pasti lebih otentik, tetapi kita menganggap ini sebagai suatu prinsip panduan yang implikasinya dapat kita ikuti.

2. Multiple Attestation (Pengesahan Ganda)

Ajaran-ajaran yang muncul lebih sering cenderung lebih otentik daripada yang jarang muncul. Ini tentu hanya berlaku untuk pengesahan independen, bukan hanya pengulangan.

3. Similarity (Kesamaan)

Ajaran-ajaran yang kongruen dalam gaya, bentuk, atau isi dengan ajaran-ajaran awal yang telah diketahui mungkin lebih otentik daripada bacaan heterodoks.

4. Dissimilarity (Ketidaksamaan)

Ajaran-ajaran yang tidak sama dengan tradisi lain, apakah pra-Buddhis atau Buddhisme yang belakangan, tidak mungkin muncul melalui asimilasi atau revisi dan dengan demikian mungkin otentik. Prinsip ini tidak mengatakan bahwa ajaran yang sama dengan tradisi lain tidak otentik.

5. Internal Attestation (Pengesahan Internal)

Jika suatu teks mengklaim dirinya sendiri berasal dari Sang Buddha, belum tentu teks tersebut otentik, apalagi teks yang tidak menyatakan dirinya berasal dari Sang Buddha.

6. Extracting meaning from variation (Mengambil makna dari variasi teks)

Adanya variasi dalam suatu teks/ajaran yang sejenis harus dianalisis sebagai perkembangan tekstual/ajaran. Kita tidak boleh berasumsi bahwa teks-teks selalu konsisten secara internal, namun sesungguhnya variasi-variasi permukaan memang mengindikasikan kontradiksi yang mendalam.

7. Form over content (Analisis bentuk teks daripada isi ajarannya)

Demi objektivitas, kita mengandalkan analisis formal terhadap hal-hal tekstual dan kemudian menyimpulkan hal-hal doktrinal.

8. Doctrines of the schools (Ajaran khas aliran-aliran)

Masing-masing aliran mengembangkan doktrin-doktrin khasnya. Di mana pun kecenderungan ini dapat terlihat, ini menandakan kemunculannya yang belakangan.

9. Language (Analisis bahasa)

Teks-teks yang lebih belakangan biasanya menggunakan kosakata dan gaya bahasa yang lebih modern daripada teks-teks awal.

10. Contexts (Konteks historis dan budaya)

Gerakan agama/spiritual/filosofi apa pun pasti muncul dalam konteks historis dan budaya tertentu pada masa tersebut. Buddhisme awal menjalin interaksi yang erat dengan aliran-aliran religius dalam budaya intelektual India kuno saat itu, antara lain tradisi Veda dan Jain. Ajaran Buddhisme awal harus dimaknai sebagai tanggapan terhadap kondisi ini.

Dengan demikian, pendekatan kritik tekstual dengan analisis yang kritis terhadap bentuk dan isi teks-teks Buddhis diibaratkan seorang detektif yang memecahkan kasus dengan menganalisis dengan kritis semua bukti dan kesaksian yang ada untuk menemukan kebenaran di balik kasus tersebut. Seringkali pendekatan kritis demikian bagaikan pisau tajam yang menembus jantung keyakinan religius seseorang sehingga diperlukan keterbukaan pikiran, objektivitas, dan kebijaksanaan dalam menyikapinya karena pendekatan ini dapat menghasilkan kesimpulan yang bertentangan dengan keyakinan religius kita.

kritik_tekstual.txt · Terakhir diubah: oleh seniya