teks:mn:mn001
Perbedaan
Ini menunjukkan perbedaan antara versi yang terpilih dengan versi yang sedang aktif.
| Revisi selanjutnya | Revisi sebelumnya | ||
| teks:mn:mn001 [2025/11/29 03:07] – dibuat - Perubahan eksternal 127.0.0.1 | teks:mn:mn001 [Unknown date] (sekarang) – terhapus - Perubahan eksternal (Unknown date) 127.0.0.1 | ||
|---|---|---|---|
| Baris 1: | Baris 1: | ||
| - | ====== MN 1: Mūlapariyāya Sutta - Akar Segala Sesuatu ====== | ||
| - | |||
| - | |||
| - | Di terjemahkan dari pāḷi oleh Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi | ||
| - | ---- | ||
| - | |||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap di Ukkaṭṭhā di Hutan Subhaga di bawah pohon sāla besar. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu: “Para bhikkhu.”((MA menjelaskan bahwa Sang Buddha membabarkan sutta ini untuk menaklukkan keangkuhan yang telah muncul pada lima ratus bhikkhu sehubungan dengan penguasaan pengetahuan dan intelektual atas ajaran Buddha. Para bhikkhu ini dulunya adalah para brahmana yang terpelajar dalam hal literatur Veda, dan ucapan-ucapan tersamar dari Sang Buddha mungkin dimaksudkan untuk menantang pandangan brahmanis yang mungkin masih mereka lekati. | ||
| - | )) – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut: | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Kukatakan.” – “Baik, Yang Mulia,” para bhikkhu itu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut: | ||
| - | |||
| - | ===== Orang Biasa ===== | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) yang tidak menghargai para mulia dan tidak terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma mereka, yang tidak menghargai manusia sejati dan tidak terampil dan tidak disiplin dalam Dhamma mereka, memahami tanah sebagai tanah.((// | ||
| - | )) Setelah memahami tanah sebagai tanah, ia menganggap [dirinya sebagai] tanah, ia menganggap [dirinya] dalam tanah, ia menganggap [dirinya terpisah] dari tanah, ia menganggap tanah sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | MA menuliskan teks ini sebagai: “Setelah melihat tanah dengan persepsi menyimpang, orang biasa kemudian menganggapnya – menafsirkan atau menilainya – melalui kecenderungan-kecenderungan berproliferasi yang kasar (// | ||
| - | |||
| - | Empat cara menganggap (// | ||
| - | |||
| - | Tetapi hati-hati dalam menginterpretasikan frasa-frasa ini. Pali tidak menyediakan objek langsung bagi cara ke dua dan ke tiga, dan ini menyiratkan bahwa proses penganggapan berlangsung dari tingkat yang lebih dalam dan lebih umum daripada yang terlibat dalam pembentukan pandangan diri secara eksplisit, seperti yang dijelaskan misalnya pada MN 2.8 atau MN 44.7. Dengan demikian aktivitas penganggapan sepertinya terdiri dari keseluruhan wilayah kognisi yang diwarnai secara subjektif, dari impuls dan pikiran yang mana makna identitas pribadi masih belum lengkap untuk menjelaskan struktur intelektual yang telah dijelaskan secara lengkap. | ||
| - | |||
| - | Akan tetapi Ñm, memahami objek anggapan implisit sebagai persepsi itu sendiri, dan karena itu menerjemahkan: | ||
| - | |||
| - | Frasa ke lima, “ia bersenang di dalam X,” secara eksplisit menghubungkan penganggapan dengan keinginan, yang mana di tempat lain dikatakan “bergembira di sana-sini.” Hal ini, lebih jauh lagi, menyiratkan bahaya dalam proses pemikiran kaum duniawi, karena ketagihan dikatakan oleh Sang Buddha sebagai asal-mula penderitaan. | ||
| - | |||
| - | MA memberikan banyak contoh yang mengilustrasikan segala jenis penganggapan yang berbeda, dan ini jelas menegaskan bahwa objek penganggapan yang dimaksudkan adalah makna egoistis yang keliru. | ||
| - | )) Mengapakah? Karena ia belum sepenuhnya memahaminya, | ||
| - | )) | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami makhluk-makhluk sebagai makhluk-makhluk, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami dewa-dewa sebagai dewa-dewa, ia membayangkan dewa-dewa, ia menganggap [dirinya] dalam dewa-dewa, ia menganggap [dirinya terpisah] dari dewa-dewa, ia menganggap dewa-dewa sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami Pajāpati sebagai Pajāpati, ia membayangkan Pajāpati, ia menganggap [dirinya] dalam Pajāpati, ia menganggap [dirinya terpisah] dari Pajāpati, ia menganggap Pajāpati sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami Brahmā sebagai Brahmā, ia membayangkan Brahmā, ia menganggap [dirinya] dalam Brahmā, ia menganggap [dirinya terpisah] dari Brahmā, ia menganggap Brahmā sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami para dewa dengan Cahaya Gemerlap sebagai para dewa dengan Cahaya Gemerlap, ia membayangkan para dewa dengan Cahaya Gemerlap, ia menganggap [dirinya] dalam para dewa dengan Cahaya Gemerlap, ia menganggap [dirinya terpisah] dari para dewa dengan Cahaya Gemerlap, ia menganggap para dewa dengan Cahaya Gemerlap sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami para dewa dengan Keagungan Gemilang sebagai para dewa dengan Keagungan Gemilang, ia membayangkan para dewa dengan Keagungan Gemilang, ia menganggap [dirinya] dalam para dewa dengan Keagungan Gemilang, ia menganggap [dirinya terpisah] dari para dewa dengan Keagungan Gemilang, ia menganggap para dewa dengan Keagungan Gemilang sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami para dewa dengan Buah Besar sebagai para dewa dengan Buah Besar, ia membayangkan para dewa dengan Buah Besar, ia menganggap [dirinya] dalam para dewa dengan Buah Besar, ia menganggap [dirinya terpisah] dari para dewa dengan Buah Besar, ia menganggap para dewa dengan Buah Besar sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami raja sebagai raja, ia membayangkan raja, ia menganggap [dirinya] dalam raja, ia menganggap [dirinya terpisah] dari raja, ia menganggap raja sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami landasan ruang tanpa batas sebagai landasan ruang tanpa batas, ia menganggap [dirinya sebagai] landasan ruang tanpa batas, ia menganggap [dirinya] dalam landasan ruang tanpa batas, ia menganggap [dirinya terpisah] dari landasan ruang tanpa batas, ia menganggap landasan ruang tanpa batas sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami yang terlihat sebagai yang terlihat, ia menganggap [dirinya sebagai] yang terlihat, ia menganggap [dirinya] dalam yang terlihat, ia menganggap [dirinya terpisah] dari yang terlihat, ia menganggap yang terlihat sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami kesatuan sebagai kesatuan, ia menganggap [dirinya sebagai] kesatuan, ia menganggap [dirinya] dalam kesatuan, ia menganggap [dirinya terpisah] dari kesatuan, ia menganggap kesatuan sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami keseluruhan sebagai keseluruhan, | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Setelah memahami Nibbāna sebagai Nibbāna, ia menganggap [dirinya sebagai] Nibbāna, ia menganggap [dirinya] dalam Nibbāna, ia menganggap [dirinya terpisah] dari Nibbāna, ia menganggap Nibbāna sebagai ‘milikku, | ||
| - | |||
| - | ===== Siswa Dalam Latihan Yang Lebih Tinggi ===== | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) yang pikirannya masih belum mencapai tujuan, dan yang masih bercita-cita untuk mencapai keamanan tertinggi dari belenggu, secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah.((Harus dimengerti bahwa, sementara orang biasa dikatakan // | ||
| - | )) Setelah secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah, ia seharusnya tidak menganggap [dirinya sebagai] tanah, ia seharusnya tidak menganggap [dirinya] dalam tanah, ia seharusnya tidak menganggap [dirinya terpisah] dari tanah, ia seharusnya tidak menganggap tanah sebagai ‘milikku, | ||
| - | )) | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | ===== Arahant - I ===== | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) ia juga secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah. Setelah secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah, ia tidak menganggap [dirinya sebagai] tanah, ia tidak menganggap [dirinya] dalam tanah, ia tidak menganggap [dirinya terpisah] dari tanah, ia tidak menganggap tanah sebagai ‘milikku, | ||
| - | )) | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | ===== Arahant – II ===== | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | ===== Arahant – III ===== | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | ===== Arahant - IV ===== | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | ===== Tathāgata – I ===== | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) yang sempurna dan tercerahkan sepenuhnya, secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah. Setelah secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah, Beliau tidak menganggap [dirinya sebagai] tanah, Beliau tidak menganggap [dirinya] dalam tanah, Beliau tidak menganggap [dirinya terpisah] dari tanah, Beliau tidak menganggap tanah sebagai ‘milikku, | ||
| - | )) | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | ===== Tathāgata – II ===== | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | )) Oleh karena itu, para bhikkhu, melalui kehancuran, peluruhan, pelenyapan, penghentian, | ||
| - | )) | ||
| - | |||
| - | '' | ||
| - | |||
| - | Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Tetapi para bhikkhu itu //tidak// bergembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.((Para bhikkhu tidak gembira mendengar kata-kata Sang Buddha, jelas karena khotbah itu menggali terlalu dalam pada wilayah yang halus dari keangkuhan mereka, dan mungkin pandangan-pandangan brahmanis mereka yang masih tersisa. Belakangan, MA memberitahukan, | ||
| - | )) | ||
| - | |||
teks/mn/mn001.1764385643.txt.gz · Terakhir diubah: oleh 127.0.0.1
